Tags

, , , , , , , , , ,

runwaybride

AUTHOR :

DINDIN THABITA

MAIN CAST :

CHO KYUHYUN, KWON YURI, CHOI SIWON

OTHER CAST:

IM YOONA, PARK JUNG SOO, SUHO (EXO), JESSICA JUNG

APPREANCE CAST:

KWON OK JIN a.k.a CHA SEUNG WON

GUEST CAST :

KIM MYUNG SOO (INFINITE) a.k.a KIM MYUNG SO

CATEGORIES :

ROMANCE, SAD, ACTION, AU

LENGHT :

CHAPTER

RATING :

PG-19, NC

credit poster : Poster by Jungleelovely Poster Channel

PREVIEW | PART 17 |

~~~Oo~~~

Anneyeong reader-nim…Akhirnya berhasil juga aku menerbitkan part 18 setelah lebih dari seminggu aku molor hehehe..mohon dimaafkan ya ❤ Nah..di part ini memang sengaja aku berlama-lama untuk mempublishnya karena ini adalah dua part terakhir untuk ending…Sedih rasanya aku mesti menuntaskan FF ini dalam waktu singkat. Karena aku sangat mencintai para karakter di FF ini #mewek. Tapi aku mesti membuat ending di cerita ini untuk menghindari alur yang melebar. Kuatir bakalan jadi kaya sinetronnya kita, “Tersanjung dan Cinta Fitri” Anyway abaikan introku yang gak penting..lebih baik langsung aja ya baca…Happy Reading ^^ Awas Typo 😀

~~~Oo~~~

PART 18

 

Yuri duduk di meja kasir di tokonya sambil matanya menatap layar datar televisi yang tergantung di dinding tokonya. Secangkir cokelat hangat berada di tangannya. Tak sekejabpun matanya beralih dari berita yang sedang diliput. Tentang pengejaran para polisi terhadap seorang polisi lainnya yang terlibat bisnis gelap dibawah naungan mafia selama puluhan tahun belakangan ini. Dalam saluran berita itu terdapat beberapa kolom lain yang menampilkan laporan penangkapan sekelompok kaki tangan mafia di berbagai area secara bersamaan oleh Kepolisian Nasional Korea. Berita terakhir yang dilaporkan bahwa tersangka JJ telah kabur dari kepolisan Gangnam setelah melepas gas airmata. Tampak beberapa mobil polisi mengejar tersangka berdasarkan alat pelacak yang terdapat di mobil tersangka.

 

Menurut laporan reporter lapangan kami, diketahui bahwa tersangka JJ menuju Nowon..

 

Yuri tak sengaja membenturkan cangkir cokelatnya diujung meja saat mendengar laporan berita tersebut. Terdengar suara lonceng di pintu berdenting tanda seorang pelanggan datang. Euna yang sama tegangnya dengan Yuri mendekati pintu dan melihat Jessica masuk ke toko dengan tergopoh-gopoh. Dia melempar tasnya begitu saja pada salah satu meja display di toko.

 

“Yuri-yah!”

 

Yuri menoleh dan mendapati Jessica telah merangkul lehernya dan memeluknya erat. “Mereka semua mengejar penjahat itu ke Nowon. Appa Jung Soo oppa ternyata dibunuh Jae Jun itu. Bagaimana nanti dengan Myung Dae Ahjusshi.” Jessica terisak di bahu Yuri. Dia begitu terkejut dan mencemaskan keadaan Jung Soo dan Kyuhyun.

 

Yuri menggigit bibir bawahnya. Dia sudah tahu akan hal itu ketika secara singkat Kyuhyun mengiriminya pesan sebelum mereka mengejar Jae Jun.

 

Yuri menekan rasa ingin menangisnya dan menepuk pelan punggung Jessica. Dia mendorong lembut bahu wanita itu dan menatapnya dalam jarak selengan.

 

“Percayalah pada mereka berdua. Semuanya akan baik-baik saja.” Yuri berjuang untuk tegar dan memberikan ketenangan bagi Jessica.

 

Yuri memiliki keyakinan bahwa semuanya akan berjalan lancar. Kyuhyun dan Jung Soo adalah polisi-polisi terbaik. Mereka sudah mempersiapkan semuanya selama mereka beranjak dewasa.

 

Yuri dan Jessica duduk saling berpelukan sambil mata mereka fokus pada siaran berita yang kali ini sedang masa tenggang karena belum ada laporan terbaru dari wartawan beberapa saluran televisi yang terjun dalam penangkapan itu untuk mendapatkan berita.

 

Terdengar suara lonceng berdenting saat pintu kaca didorong. Euna segera berjalan mendekat dan berseru girang. “Suho Oppa..kau sudah sembuh?”

 

Yuri dan Jessica menoleh kearah pintu dan mendapati Suho yang melangkah masuk dengan menggunakan jaket musim gugurnya dan sebuah topi dikepalanya.

 

Suho tampak sedang menyerat sebuah koper berukuran sedang di tangannya membangkitkan tanya di mata Yuri. Suho tersenyum seraya melepas topinya. Lebam diwajahnya sudah mulai terlihat Samar.

 

“kau hendak kemana, Jun Myeon-ssi?” Yuri berdiri dari duduknya. Diluar toko terlihat angin musim gugur mulai berhembus.

 

“Jun Myeon? Apa itu namamu?” Euna tidak sanggup menahan rasa penasarannya membuat dia mendapatkan Yuri melotot padanya.

 

Suho menoleh Euna dan tertawa pelan. “itu memang namaku.” Lalu dia menatap Yuri yang masih menatapnya dengan lekat. “Jika anda tidak keberatan bisakah aku menggunakan gudangmu untuk tempat tinggal ku sementara ini? Aku tidak bisa kembali ke apartement ku karena itu adalah milik Siwon Hyung.” Suho menggaruk belakang kepalanya dan menatap Yuri dengan memohon.

Yuri dan Jessica berpandangan. Samar Yuri tersenyum dan mengangguk. “Gunakan saja ruanganmu. Disana cukup luas.”

 

Mendengar kalimat Yuri, Suho segera membungkuk dalam. “Kamsahamnida”

 

Yuri tersenyum dan mereka semuanya mendengar bahwa siaran kembali dilaporkan dimana terlihat semua mobil polisi memasuki area pemukiman tempat tinggal Detektif Cho Myung Dae.

 

~~~Oo~~~

 

Gongneun-dong, Nowon-Gu.

 

Myung Dae sedang berada di kebun bunganya dengan memakai topi jeraminya ketika dia merasakan kehadiran seseorang tepat di belakang punggungnya. Myung Dae bersikap seolah tidak tahu namun tangannya sudah siap dengan gunting tanaman.

 

Didetik bersamaan Myung Dae membalikkan punggungnya dan tangannya yang memegang gunting bergerak cepat menekan  leher penyerangnya. Gerakannya bersamaan dengan pistol yang ditujukan Jae Jun ke pelipisnya. Topi jerami yang dikenakan Myung Dae melayang jatuh ke rumput.

 

Keduanya bertatapan dengan sama tajamnya namun senyum dingin terlukis dilekuk bibir Jae Jun.

 

“Ternyata usia tua tidak mengurangi gerakanmu, Sunbae.” Jae jun tidak melepaskan ujung pistolnya dari pelipis pria tua itu begitu juga dengan ujung gunting Myung Dae yang menekan lehernya.

 

“Kau juga sudah memiliki banyak kemampuan, Jae Jun..apakah memang seperti ini caramu mengunjungi sunbae mu.”

 

“Kau harus membayar utangmu atas kematian ayahku!!” Jae Jun membentak keras dan bersiap menarik pelatuk pistolnya.

 

Myung Dae yang sudah memperkirakan akan mendapatkan serangan seperti itu, dia memiringkan badannya dan tangannya melakukan pukulan pada pergelangan tangan Jae Jun yang siap menembak.

 

Suara tembakan nyaring lepas di udara membuat Kyuhyun yang keluar dari mobil terkejut mendengar suara tembakan itu. Dia segera menutup pintu mobil dibelakangnya dan berlari menuju kebun belakang rumah Myung Dae.

 

Semua mendengar suara tembakan tersebut. Jung Soo cepat berlari mengejar Kyuhyun dan Inspektur Jang memerintahkan pasukan untuk mengelilingi rumah Myung Dae dan dia juga mengikuti arah dimana Kyuhyun dan Jung Soo berada.

 

Kyuhyun menembus kebun belakang dengan melompati pagar semak yang dibuat oleh myung Dae dan melihat ayahnya sedang bergulat dengan Myung Dae di rumput.

 

“Appa!” Kyuhyun berteriak ketika melihat ayahnya terkena tendangan Jae Jun dan pria itu mengambil gunting tanaman yang terletak tak jauh dari kakinya.

 

Dengan kekuatan penuh Jae Jun berteriak keras dan melompat kearah Myung Dae yang sudah terbaring di rumput dengan gunting tanaman yang teracung di tangannya.

 

Myung Dae melihat gerakan itu namun tubuhnya seperti terpaku di rumput sehingga hanya bisa menatap dengan mata terbuka lebar.

 

Tapi terlihat Jae Jun terguling jatuh di rumput karena didetik itu juga Kyuhyun menubruknya dan mereka bergulingan di rumput.

 

Merasa Kyuhyun menubruknya, Jae Jun kini menyerang Kyuhyun dengan gunting tersebut. Kyuhyun yang terletang di rumput berusaha menangkap tangan Jae Jun yang liar.

 

Jung Soo dan Inspektur Jang memandang itu semua dengan ngeri. Jung Soo sudah menarik keluar pistolnya dan siap membidik. Namun dia kesulitan karena dua orang itu saling bergulat dengan alot. Jae Jun sangat bernafsu menusuk Kyuhyun sementara Kyuhyun berusaha keras untuk menghindar dan menangkap gunting maut itu yang terus mengincar lehernya.

 

“Tembak, Detektif Park!” seru Inspektur Jang.

 

Jung Soo menggeleng. “Sulit sekali untuk tidak mengenai Kyuhyun, Inspektur!” jawab Jung Soo tegang.

 

Inspektur melihat hampir tidak ada jarak antara dua orang yang bergumul itu. Kadang Jae Jun menekan tubuh Kyuhyun dan juga sebaliknya. Tidak ada ruang kosong untuk mengenai sasaran membuat Jung Soo bimbang.

 

Sekali lagi Kyuhyun mengelakkan kepalanya ke samping saat mata gunting nyaris menyusuk matanya. Dia melihat Jung Soo yang sudah membidik dan berteriak. “Tembak Hyung!!!”

 

“Tidak bisa!! Kau juga bisa tertembak!!”

 

Kyuhyun menangkap pergelangan tangan Jae Jun seraya menggertakkan giginya. Dia dapat melihat sinar mata binatang di mata Jae Jun.

 

Jae Jun menekan tubuh Kyuhyun sementara tangannya yang kuat terus turun melawan kekuatan pegangan Kyuhyun. Mata pisau tertuju pada leher Kyuhyun semakin mendekat.

 

“Hyung!!!”

 

DORRR!!!

 

Kyuhyun melihat bagaimana darah menyembur dari kepala Jae Jun yang pecah. Semburan darah segar itu menciprati wajah Kyuhyun sedetik sebelum dia mendorong tubuh kaku Jae Jun dan berguling ke samping.

 

Jae Jun jatuh ke rumput dengan kepala hancur dan mata terbuka. Kyuhyun mengatur napasnya dan melihat ayahnya berdiri dengan tegak bersama sebuah revolver yang berasap. Kyuhyun mengusap wajahnya yang basah oleh keringat bercampur darah. Myung Dae menatap Kyuhyun dan mengembalikan pistol itu kepada Jung Soo yang ternganga. Kyuhyun bangkit berdiri dan menatap tubuh bersimbah darah milik Jae Jun. Dia berjalan pelan kearah ayahnya yang menyambutnya dengan pelukan.

 

~~~Oo~~~

 

“Pemirsa terdengar suara tembakan untuk kedua kalinya. Berdasarkan laporan sebelumnya bahwa salah satu detektif sedang melawan tersangka dan hingga detik ini kami belum mendapatkan informasi siapa yang tertembak didalam sana. Kami sedang menanti laporan dari salah satu rekan kami didalam.”

 

Yuri merasa kepalanya pusing seketika karena disiaran awal dia melihat Kyuhyun dan Jung Soo yang memasuki kebun belakang. Suara tembakan itu begitu jelas terdengar. Jessica sudah menangis sambil memegang lengan Yuri.

 

“Itu bukan suamikukan? Juga Bukan Kyuhyun oppakan?”

 

Yuri mencoba menenangkan Jessica sementara Suho tetap menatap layar televisi sambil perhatiannya juga terpecah pada kedua wanita dibelakangnya.

 

“Tenanglah, Sica. Kita akan menunggu beritanya..” Yuri merasa wajah Jessica berubah menjadi dua. Rasa mual dan pusing menjadi satu membuat Yuri terpaksa memegang tepian meja kasir.

 

Jessica terkejut melihat Yuri yang limbung. “Yuri-yah!!”

 

Mendengar suara teriakan Jessica, Suho segera berbalik dan melihat Yuri yang limbung dan nyaris jatuh ke lantai. Dengan sigap Suho meloncat mendekat dan meraih tubuh pingsan Yuri sebelum terjatuh ke lantai.

 

Suho merangkul tubuh lemah itu dan segera menatap Jessica yang histeris. “Buka pintu. Kita akan membawanya ke rumah sakit!” seru Suho.

 

Dengan airmatanya, Jessica segera meraih kunci mobilnya dan membuka pintu kaca toko. Dengan kekuatannya yang hampir pulih, Suho menggendong Yuri dan dibantu oleh Euna yang menahan pintu kaca dorong itu.

 

Suho membaringkan Yuri di kursi belakang dimana duduk Jessica yang langsung memangku kepala Yuri di pahanya. Setelah itu Suho cepat memasuki tempat mengemudi dan menghidupkan mobil. Dengan kecepatan penuh dia melarikan benda itu ke rumah sakit Seoul.

 

Dia menatap melalui spion dalam dimana Jessica sibuk mengipasi wajah Yuri. Suho mencengkram setir dengan kencang. Semoga baik-baik saja.

 

~~~Oo~~~

 

Manhattan, New York City.

 

Yoona menginjakkan kakinya di rumah orangtuanya yang berada di daerah elit Manhattan siang itu. Perbedaan waktu antara seoul dan Amerika begitu siknifikan. Sementara seoul masih tengah malam, di Manhattan sedang melaksanakan makan siang. Area Central Park menjadi area tempat tinggal keluarga Im sejak Yoona menjadi tunangan Siwon selama 10 tahun ini.

 

Sejak mengetahui dirinya diperkosa Siwon dan itu semua atas pengetahuan orangtuanya, Yoona menjadi tidak heran sejak itu orangtuanya hidup mewah. Perusahaan baja ayahnya meningkat pesat selama 10 tahun ini Setelah hampir bangkrut.

 

Yoona mengepalkan tinjunya sebelum menekan bel pintu berpelitur elegant itu. Yoona menanti dengan sabar sampai pintu kokoh itu terbuka 5 menit kemudian.

 

Seorang pelayan tua membuka pintu dan menahan seruan harunya melihat Nona mudanya berdiri didepannya.

 

“Nona…”

 

“Ah…Byun Seo tua…” Tanpa diminta rasa haru menerpa hati Yoona ketika melihat inang pengasuhnya semasa kecil itu. Dia merangkul tubuh tua itu dan membenamkan wajahnya dilekuk bahu renta itu. Airmatanya meloncat tanpa terduga.

 

“Nona..senang sekali dapat melihatmu sehat seperti ini..” Wanita itu mengusap punggung Yoona dan Yoona hanya menjawab dalam hati.

 

Jika kau bisa melihat Apa yang ada di dalam hatiku kau akan menemukan diriku yang hancur berantakan.

 

Yoona melepas pelukannya dan tersenyum. Dia mengusap aliran bening airmatanya tepat terdengar suara lembut dibelakang Byun Seo.

 

“Siapa yang datang, Byun Seo?” Wanita setengah baya yang muncul dari dalam adalah sosok yang anggun dan cantik. Wajahnya nyaris serupa dengan Yoona.

 

Yoona menatap ibunya yang masih selalu dengan gaya aristokratnya berdiri terpaku menatapnya. Min Hye menutup mulutnya saat menemukan puterinya berdiri didepannya.

 

“Yoona-yah..” Min Hye mencoba mendekati Yoona namun anaknya itu mundur selangkah dari dirinya. “kau terlihat segar, nak.” akhirnya Min Hye hanya bisa berkata demikian karena Yoona menolak untuk dipeluk olehnya. dia menjadi merasa bahwa tujuan Yoona berada dirumah itu hanyalah untuk sesuatu yang lain.

 

Yoona menunduk seraya memberikan kopernya pada Byun Seo untuk dibawa masuk. dia mengangkat matanya sekilas dan memeluk lengannya. “tidak eomma..aku tidak dalam keadaan sehat.” dia melihat bagaimana ibunya terpaku mendengar jawabannya. dengan lirih disambungnya. “aku tidak lama disini.aku hanya ingin menanyakan sesuatu. tentangku 10 tahun lalu.”

 

Min Hye menatap wajah Yoona yang dingin. tak lama terdengar suara berat di belakang Min Hye. “setelah sekian lama berada di Seoul kau hanya ingin bertanya tentang 10 tahun lalu?”

 

Yoona menatap ayahnya yang muncul dibelakang ibunya. Im Soo Un masih terlihat gagah dan tampan meski umurnya sudah tidak muda lagi. betapa inginnya Yoona berteriak bahwa dia tidak rela dijual pada Siwon.

 

Yoona menegakkan punggungnya dan berkata pelan. “Apa kalian tahu bahwa aku diperkosa 10 tahun lalu? di club saat aku bersama teman-temanku?diperkosa oleh orang yang menjadi tunangan ku selama ini?” suara Yoona bergetar saat mengucapkan hal itu. dia bisa melihat bagaimana pucatnya wajah ibunya, raut terkejut milik ayahnya.

 

Yoona masih berharap bahwa kedua orang tuanya tidak terlibat namun hatinya mencelos ketika melihat Soo Un merosotkan bahu tegaknya dan berbalik ke dalam.

 

“kita bicara di ruang kerjaku.”

 

Yoona hanya bisa terpaku mendengar semua perkataan ayahnya tentang kejadian 10 tahun lalu saat Siwon menginginkan dirinya.

 

“aku tidak bisa menolak Yoona-yah. sadarilah bahwa hidup kita bergantung pada perusahaan bajaku dan saat itu sedang berada diambang kehancuran. Choi Chung Ho akan memberikan pinjaman jika aku memberikan puteriku untuk anak lelakinya. aku tidak memiliki pilihan lain selain menyerahkanmu pada Choi Siwon.”

 

im Soo un menunduk ketika menceritakan rahasia yang selama ini ditutupinya dari Yoona selama 10 tahun ini. Yoona yang duduk didepan meja ayahnya mencengkram erat pegangan kursinya. terdengar isak tangis Ibunya di sofa ruang kerja itu.

 

“Kejadian di club?pemerkosaan yang menimpaku…katakan bahwa kalian tidak terlibat, appa…” Yoona bisa merasakan perih dihatinya ketika melihat bagaimana pundak ayahnya terguncang oleh tangis tertahan.

 

“Maafkan kami, anakkku..aku dibawah tekanan saat itu…Choi Chung Ho mengancam akan menghancurkan perusahaan dalam sekejab jika kau tidak menjadi milik anaknya.”

 

Yoona tersandar pada sandaran kursi dengan wajah pias. airmatanya sudah terasa kering sehingga tidak sanggup lagi untuk menangis. im Soo un mengangkat mukanya yang basah oleh airmata dan mendapati wajah pucat Yoona.  dia meraih tangan puterinya yang terletak lemas diatas meja dan menggenggamnya erat.

 

“Maafkan appa…”

 

“Ani!!” suara Yoona meninggi dan dengan kasar dia melepaskan pegangan tangan ayahnya. Dia berdiri dari duduknya dan menatap kedua orangtuanya dengan pandangan terluka.

 

“Kalian menghancurkan hidup ku. tidak ada alasan bagiku untuk kembali pada kalian. maafkan aku.” Yoona membungkuk dalam dan membalikkan tubuhnya.

 

“Yoona-yah!!” Min Hye berteriak pilu ketika Yoona berlari keluar dari rumah dengan menyeret kopernya dan menghentikan taksi.

 

“Tidak!! Yoona-yah!! anakkku!!” Min Hye meraung keras diaspal panas dibawah lututnya dan kedua bahunya dipeluk oleh Im Soo Un. Mereka sudah kehilangan kepercayaan anak mereka.

 

Sementara itu didalam taksi Yoona menoleh ke belakang dan melihat bagaimana Ibunya menangis dijalan dengan dipeluk oleh ayahnya. Airmata Yoona akhirnya  jebol juga dan dia tersedu sedu di dalam taksi itu. Sang supir sama sekali tidak bersuara dan tetap pada konsentrasinya pada jalanan Manhattan yang padat.

 

Ketika Yoona berusaha untuk menghentikan tangisnya saat itulah handphonenya berdering nyaring.

 

Lama Yoona menatap nama yang tampak dilayar. dengan enggan dia menyambut panggilan itu dan terdengar suara berat diseberang.

 

“Ah…Yoona-yah.. aku mendapati kabar bahwa kau sekarang di New York?”

 

Suara khas seorang Choi Chung Ho menerpa telinga Yoona. Dia menatap luar kaca jendela taksi. “Ne..aku sedang berada di taksi, Ahjusshi…”

 

“Aku menunggu kedatanganmu di rumah, Yoona-yah. Bagaimana dengan makan malam?”

 

Yoona masih belum lepas memandang luar jendela taksi. sebuah papan nama dari toko berkebun menerpa pupil mata Yoona. dia mencengkram erat  ponselnya dan berkata ringan. “ya. aku akan datang untuk makan malam nanti. pukul 7.”

 

Seoul, 12 p.m. KST.

 

Berita tertembaknya pengkhiat kepolisian segera disiarkan secara national dan international. Korea Selatan terguncang untuk sesaat saat media menampilkan semua penangkapan-penangkapan para mafia yang selama ini menghancurkan kehidupan para pemuda dan perusahaan berkembang. Satu persatu mereka digiring ke markas kepolisian Nasional Korea dan mayat kedua petinggi kepolisian Gangnam tampak diamankan ke bagian forensik. Meskipun Nam Jae Jun dan Kang Gwak Dong telah diambil tindakan dengan tembakan ditempat dan tidak diadili namun pihak kepolisian Nasional Korea mengatakan secara tegas akan melancarkan penangkapan langsung pada ketua mafia yang menjadi dalang segala kejahatan tersebut. Begitu juga dengan pembunuhan Seongbuk-Gu 19 tahun lalu dan Bank Asing Busan.

 

“Kami akan segera menangkap Choi Siwon!” Kepala Kim dengan jelas menyebutkan nama Siwon dilayar kaca siang itu.

 

Siwon yang menonton siaran langsung itu mengepalkan kedua tinjunya. Dia menyaksikan siaran itu di ruang kerjanya yang luas bersama Myung Soo dan Asisten Chen Hyun. dia juga melihat semua rekan dan anak buahnya di tangkap secara besar-besaran bahkan semua pejabat Korea yang terlibat bisnis illegal dari masa ayahnya juga sudah tertangkap. Siwon melempar slokinya ke dinding saat pihak kepolisian menggelar konfrensi pers dan menampilkan isi flashdisk yang selama ini tersimpan di brankas milik ayahnya di Bank of Korea. Siwon mencengkram lengan kursinya dan merasa penasaran bagaimana pihak kepolisian bisa memecahkan sandi data tersebut?

 

Baik Myung Soo dan Chen Hyun tidak ingin mengusik Siwon yang sedang marah seperti itu. Tiba-tiba mereka melihat Siwon berdiri dan melepas ikatan dasinya. Sorot mata pria itu begitu tajam bagai mata singa buas saat menatap myung Soo.

 

“Cari tahu dimana keberadaan Suho!! Hanya dia yang bisa memecahkan Sandi sialan itu!!” Siwon mengacungkan telunjuknya pada myung Soo. Pria muda itu segera membungkuk dan berbalik. Sempat didengarnya gumaman Siwon. “Mengapa dia tidak kubunuh saja kemarin! Sialan!”

 

Setelah melihat myung Soo berlalu dari ruangannya, perhatian Siwon beralih pada Chen Hyun. “Kau Cari penerbangan ke New York. Sekarang juga!”

 

Chen Hyun mengangguk dan membungkuk sebelum dia mundur. Saat dia menutup pintu dia mendengar suara meja di Banting keras. Dia menghela napas dan berjalan pelan menjauhi ruangan itu.

 

~~~Oo~~~

 

Kyuhyun dan Jung Soo kembali ke Seoul dan meminta perlindungan bagi ayahnya dan Ok Jin kepada Kepolisian Nasional Korea. Permintaannya dipenuhi dan kedua orang tua itu berada di markas tersebut dibawah lindungan kepolisian Nasional. Baik kyuhyun dan Jung Soo di minta Inspektur Jang untuk istirahat sejenak agar rencana mereka untuk menangkap Siwon menjelang malam berjalan lancar. Pria itu mengatakan bahwa Siwon tidak akan bisa meninggalkan Korea karena semua bandara dan pelabuhan ditutup sementara waktu hingga operasi penangkapan mereka berhasil.

 

Kyuhyun dan Jung Soo berada di dalam mobil. Kyuhyun berusaha membersihkan darah Jae Jun yang melekat di sebagian kulit wajah dan bergumam pada kemejanya yang kotor akibat darah mengering dari darah Jae Jun.

 

Jung Soo tertawa dan meraih ponselnya. “Kurasa aku akan menelpon Sica…” Dia menanti hubungan tersambung. Kemudian dia tertawa. “Ah..sayang..aku dan Kyu bisa istirahat sejenak. Penangkapan pertama sukses. Kau sekarang dimana?”

 

Kyuhyun yang sedang mengusap tisu basah pada bagian dada kemejanya melihat kerutan pada dahi Jung Soo. Dia terkejut saat mendengar seruan keras Jung Soo.

 

“Apa??!!” Jung Soo menoleh pada Kyuhyun seraya berkata cepat di ponsel. “Baiklah kami akan segera kesana.” Setelah itu Jung soo menutup percakapan dan menghidupkan mesin mobil.

 

“Apa? Mengapa kau berteriak pada Sica?” Kyuhyun bertanya heran.

 

Jung Soo menekan gas dengan dalam. Mobil porche putih itu melesat laju dijalanan Seoul. Dia menoleh sekilas dengan wajahnya yang cemas.

 

“Yuri pingsan dan sekarang berada di Rumah Sakit Seoul.”

 

~~~Oo~~~

Suho dan Jessica duduk di kursi tunggu didepan kamar pasien dengan segelas kopi hangat di tangan keduanya. Melalui televisi diruang tunggu rumah sakit keduanya sudah mendengar semua penangkapan sejumlah anak buah Siwon. Suho menghela napasnya dan membuat Jessica menolehnya.

 

“Kurasa kau terbebas dari penangkapan itu. Kau bukan bagian dari Lucifer lagi.” Jessica tersenyum dan menepuk lengan Suho.

 

Suho mengangkat matanya dan menggembungkan pipinya. Dia melebarkan telapak tangannya. “Tapi tangan ini sudah banyak melukai orang.”

 

Jessica mengangkat bahunya dan mendorong bahu Suho. “Aish..Jun Myeon. Itu adalah masa lalu. Sekarang kau mempunyai lembaran baru sebagai Kim Jun Myeon.” Jessica mengedipkan matanya.

 

Suho memandang wajah Jessica yang cantik bagai boneka itu. Dia tertawa sambil menunduk. “Ya…kau benar…eng…” Suho bingung bagaimana memanggil jessica.

 

“Noona. Sica Noona. Kau bisa memanggilku demikian.” Jessica menunjuk dirinya. Setelah itu dia tertawa lebar. “Dalam dua hari kau sudah memiliki banyak hyung dan Noona.”

 

Suho tertawa juga mendengar kalimat Jessica. Dalam hati dia bersyukur masih diberi kehidupan setelah pemukulan brutal itu sehingga dia bisa berada diantara sekumpulan orang-orang hangat seperti itu.

 

Tak lama terdengar suara derap langkah kaki berlarian sepanjang lorong itu. Jessica dan suho melihat Kyuhyun dan Jung Soo berlarian mendekati mereka. Suho segera berdiri dan langsung lengannya dicengkram Kyuhyun.

 

“Bagaimana bisa dia pingsan?! Katakan padaku apa yang terjadi!” Kyuhyun nyaris berteriak di wajah Suho yang seperti menahan senyum.

 

Melihat senyum itu membuat Kyuhyun merasa jengkel. Dia melepas cengkramannya pada lengan baju Suho dan berkata ketus. “Berhenti tersenyum seperti itu! Tahukah ini sangat penting bagiku..”

 

“Apakah kau sudah tahu, Hyung?” Bola mata Suho membulat.

 

Jung Soo menaikkan sebelah alisnya. Ada rasa janggal akan keadaan yang dilihatnya antara Jessica dan Suho. Wajah keduanya terlihat tidak terlalu cemas.

 

“Yuri pingsan dan kau tersenyum seperti itu.” Kyuhyun mengomel dan siap melangkah memasuki kamar pasien namun langkahnya terhenti ketika Didengarnya suara Suho.

 

“Yuri Agasshi pingsan karena dia terlalu banyak pikiran dan itu tidak baik bagi kandungannya.”

 

Secepat kilat kyuhyun memutar tubuhnya dan terbelalak menatap Suho dan Jessica yang tersenyum lebar. Mulut Jung Soo terbuka lebar saat mendengar berita itu.

 

Kyuhyun merasa kedua kakinya lemas. Dengan gemetar karena girang dan kaget yang bercampur jadi satu, dia mendekati Suho.

 

“Kau tidak sedang bercandakan?” Dia memegang bahu Suho.

 

Suho tertawa lebar dan menggeleng. “Masuklah. Dia sedang tidur. Dia akan girang melihatmu saat dia membuka matanya.” Suho mendorong tubuh Kyuhyun.

 

Kini Kyuhyun tertawa sama lebarnya dan dia berlari memasuki kamar pasien ditatap oleh tiga pasang mata.

 

Suho mendengus tertawa dan menghembuskan napas lega. Seketika rasa rindu pada Yoona menyeruak didadanya sehingga nyaris membuat dadanya sesak. Jung Soo melihat itu semua dan dia menepuk bahu pria tampan itu.

 

“Apakah kau percaya dengan takdir? Sesukar apapun perjalanan antara kau dan dia, jika memang kalian tercipta untuk bersama, kau hanya perlu menunggu tibanya waktu itu.”

 

Suho mengangkat mukanya dan menatap Jung Soo yang tersenyum sambil merangkul bahu isterinya yang mungil. Dia meraba bandul kalung pemberian Yoona dan tersenyum.

 

Sementara itu Kyuhyun memasuki kamar pasien dan mendapati yuri tampak sedang tidur dengan tenang. Jendela kamar terlihat terbuka dengan membawa angin musim gugur yang segar. Kibaran gorden putih tampak indah seindah wanita yang sedang tidur itu didepan mata Kyuhyun.

 

Dia mendekati tepian ranjang dan jarinya terulur membelai sepanjang pipi mulus itu. Wajah Yuri terlihat sedikit pucat namun tidak mengurangi kecantikannya yang bagai dewi. Tatapan Kyuhyun jatuh pada perut tipis yang ditutupi selimut dan tangannya bergerak mengelus. Kyuhyun tersenyum saat membayangkan sebuah kehidupan mungil sedang berkembang didalam sana.

 

Yuri mengerang dan perlahan membuka kelopak matanya. Dia mengerjabkan bulu matanya dan samar-samar dia melihat sosok Kyuhyun yang berdiri tepat disamping ranjangnya.

 

Yuri berusaha bangun saat melihat dengan jelas akan keberadaan Kyuhyun. “Oppa..kau sudah kembali..”

 

Kyuhyun mendorong bahu Yuri agar kembali berbaring. Kemudian secara reflek dia mengetuk dahi yang cantik itu. Yuri berseru kaget sambil meraba dahinya.

 

“YA!! Mengapa datang-datang langsung mengetuk dahiku!!” Yuri Protes dan terdiam ketika melihat bagaimana Kyuhyun membungkuk memeluknya. Pria itu meletakkan wajahnya dilekuk leher Yuri.

 

“Mengapa tidak memberitahu ku bahwa kau sedang mengandung anakku?” bisik Kyuhyun lembut. Perlahan dia menjauhkan wajahnya dan sepasang matanya yang pekat menatap wajah Yuri yang merona.

 

“Kau sudah tahu?” Yuri tersenyum.

 

Kyuhyun merangkum wajah terkasih itu dan menyentuhkan dahinya pada dahi Yuri. “Ini adalah berita yang sangat membuatku bahagia.” Dengan lembut Kyuhyun mengecup ujung hidung Yuri. “Bagaimana bisa aku didahului oleh Suho atas kehamilanmu.” Kyuhyun memundurkan wajahnya untuk melihat Yuri.

 

Wajah Yuri semakin memerah. “Itu juga terjadi tanpa sengaja. Aku menyimpan Surat periksaku dikantong makanan yang kubeli untuknya. Lagipula aku menunda memberitahumu karena aku tidak ingin membuat perhatianmu terpecah untuk menuntaskan kasus. Jeongmal Mian ne..” Yuri tersipu.

 

Kyuhyun mencium pipi Yuri seraya berkata lembut. “Setelah hari ini kita akan mengurus pernikahan kita secepatnya. Tidak peduli apapun itu aku akan menikahimu.” Bibir Kyuhyun menyesap lembut bibir Yuri.

 

Yuri memejamkan matanya dan mencengkram kemeja Kyuhyun dan berkata halus disela ciuman mereka. “Dokter melarang kita melakukan seks pada tiga bulan pertama. Aku akan sering konsultasi untuk membuat anak ini kuat di dalam rahimku.” Yuri tersenyum seraya mengelus perutnya.

 

Kyuhyun membulatkan bola matanya. Dia ikut mengelus lembut perut ramping yuri. “Oh…belum lahir saja kau sudah memonopoli Eommamu ya.” Kyuhyun tertawa dan diikuti oleh Yuri.

 

Terdengar suara pintu dibuka dan muncullah Jung Soo, Jessica dan Suho. Ketiganya mendekati ranjang Yuri dan Jessica segera memeluk Yuri.

 

“Oh…kau membuatku iri..” Jessica pura-pura merajuk sambil menciumi pipi Yuri yang tertawa.

 

Jung Soo bergumam kurang puas. “Bagaimana bisa aku yang menikah kalian yang akan segera memiliki bayi!” Dia berteriak di telinga Kyuhyun dengan tidak puas dan membuat Kyuhyun meringis.

 

Kyuhyun memukul lengan kokoh Jung Soo dan berkata menggoda. “Kau terlalu lama menggunakan pengaman!” Kalimat kyuhyun membuat dia menerima pukulan pelan oleh Jung Soo.

 

Suho tertawa melihat keadaan di dalam kamar itu. Pandang matanya tertumbuk pada mata Yuri yang sedang menatapnya. Suho maju selangkah dan membungkuk hormat.

 

“Jagalah baik baik kandunganmu, Agasshi…”

 

“Aigoo..setelah kau berada diantara kami kau masih saja memanggilku Agasshi?” Alis yuri terangkat naik. Dibibirnya yang pucat terlukis senyum tulus membuat Suho terpaku ditempatnya.

 

Dia membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya. Dia menatap Yuri dengan bingung. Sudut matanya beralih pada Kyuhyun yang duduk berdekatan dengan Jung Soo. Wajah kedua pria terlihat tersenyum tipis. Lalu tatapan Suho kembali pada Yuri.

 

“Bagaimana aku harus memanggilmu setelah apa yang kulakukan padamu selama ini?”

 

“Bukankah Noona panggilan yang tepat?” Senyum Yuri melebar membuat pipi Suho memanas.

 

“Tapi…aku…aarghh!” Suho meraba lengannya yang ditimpuk Kyuhyun secara tiba-tiba. Dia meringis mendapati pukulan keras itu.

 

“Kau sudah tidak tahu malu memanggilku hyung  dan merasa sungkan memanggil Yuri Noona? Seharusnya kau canggung padaku karena kau sudah pernah menusukku.” Kyuhyun mengomel seraya melotot.

 

Tawa Suho pecah seketika dan dia memegang lengan Kyuhyun. Dia mengangguk dan menatap Yuri yang juga tertawa. “Noona..”

 

Kamar pasien itu terdengar tawa membahana oleh kelima orang itu. Untuk sejenak mereka melupakan hidup mereka yang masih dibayangi bahaya lainnya meski bahaya yang pertama telah dilalui.

 

~~~Oo~~~

 

Seoul, pukul 08.00 p.m KST.

 

Chen Hyun mengetuk pintu ruang kerja Siwon dimana juga berada disampingnya myung Soo yang membawa hasil nihil atas keberadaan Suho. Terdengar suara kasar menyahut di dalam sana.

 

“Masuk!!”

 

Chen Hyun mendahului membuka pintu tersebut dan melihat sosok Siwon yang berdiri menatap jendela raksasanya yang menampilkan pemandangan Seoul diwaktu malam. Pria itu tampak hanya memakai kemeja putih pas badan dipadu dengan mansetnya yang berwarna cokelat. Di tangannya terdapat sebuah pistol hitam pekat.

 

Tampak kepala pria itu menoleh ke samping. Siluet wajahnya dari samping tampak begitu sempurna bagai dewa Yunani namun begitu kontras dengan suaranya yang dingin. “Bagaimana dengan pesawat yang akan kita gunakan nanti?”

 

Chen Hyun membungkuk hormat seraya berkata datar seperti kebiasaannya. “Seluruh bandara dan pelabuhan dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Kita tidak bisa masuk kedalam hanger untuk menjalankan pesawat pribadi anda.”

 

Siwon mengepalkan tinjunya dan kini dia membalikkan tubuhnya dan menatap tajam pada Myung Soo. Tanpa berkata-kata, sinar matanya menuntut jawaban atas pria itu. Myung Soo menelan ludah dan berkata pelan.

 

“Aku tidak bisa menemukan keberadaan Suho, Doreoyeongnim. Aku juga tidak menemukan jejaknya ditempat dimana kami meninggalkannya dimalam berhujan itu.” Myung Soo menanti akan gemuruh kemarahan Siwon. Detik-detik berlalu dan tidak didengarnya caci maki pria itu. Sebaliknya dia mendengar suara dengusan Siwon.

 

“Kalau begitu kita ke Busan.” Tatapan Siwon jatuh pada Chen Hyun. “Kita masih bisa menggunakan itu.”

 

Sementara itu di apartement Kyuhyun baik Jung Soo dan Suho tampak sedang bersiap. Kyuhyun memasukkan peluru kedalam selongsong pistolnya dan Jung Soo sedang memakai jaket anti pelurunya. Kyuhyun melihat Suho yang tampak diam saja setelah memakai jaket kulitnya. Mereka meminta bantuan Suho untuk mendapatkan Siwon malam itu. Bagaimanapun hanya Suho yang paling mengenal segala pergerakan Siwon meskipun Kyuhyun tahu bahwa hal itu sangat sulit bagi Suho karena bagaimanapun pria muda itu melewati banyak waktu dengan sang mafia.

 

Suho menangkupkan kedua tangannya diatas lututnya dan dia mendengar suara khas Kyuhyun yang datar. “Jika kau merasa ragu aku memberimu waktu untuk segera berlalu dari sini dan jangan pernah menampakkan lagi wajahmu didepan Yuri dan kau akan masuk dalam daftar dicari di kepolisian.”

 

Kalimat Kyuhyun yang tegas menghentikan Jung Soo membersihkan pistolnya. Suho mengangkat mukanya dan melihat Kyuhyun yang berdiri menjulang dihadapannya. Wajah pria tampan itu tampak garang dengan sorot matanya yang pekat seakan ingin membunuhnya. Setelan serba hitam begitu pas ditubuhnya. Sejenak Suho menatap manik mata pekat milik Kyuhyun. Didalam benaknya tergambar kepala Yoona yang menunduk di bandara dua hari lalu berikut perkataannya pada Yuri. “aku takkan pernah bisa mendapatkannya selama Choi Siwon masih hidup. Kau juga tidak akan merasakan kebahagian bersama Detektif Cho selama Lucifer masih ada.”

 

Mungkin Siwon pernah sangat penting dalam kehidupan seorang Suho namun sejak malam berhujan itu, ketika dia memutuskan untuk menghubungi Yuri, saat itulah Suho memutuskan meninggalkan nama sang Guardian dibelakangnya. Membiarkan nama itu tenggelam bersama remuknya tubuh dan hatinya saat menerima semua pukulan tanpa belas kasihan itu. Kini dia adalah Kim Jun Myeon. Dia tidak ingin lagi melepaskan apa yang menjadi hal terkasih didalam hidupnya. Lagipula dia tidak ingin mengecewakan yuri yang telah memberikannya kesempatan. Suho menghapus keraguannya saat dia bangkit berdiri dan merapatkan jaketnya.

 

Dia meraih pistol yang berada diatas meja  yang disediakan oleh Kyuhyun sebagai senjatanya. Kyuhyun melihat gerakan Suho yang ringan saat meraih pistol itu dan menyelipkannya di balik jaket kulitnya. “Kurasa aku tak perlu pergi dari sini, Detektif.” Suho tersenyum pada Kyuhyun yang juga balas tersenyum.

 

Kyuhyun menepuk bahu Suho dan membalikkan tubuhnya menatap Jung Soo yang telah siap. Ditangan hyungnya itu tergenggam sebuah ponsel dan suara Inspektur Jang terdengar  melalui speaker. “Operasi dimulai.”

 

Cheongdamdong, Distrik Gangnam. Pukul 09.30 p.m. KST.

 

Tiga sosok berpakaian serba hitam tampak berdiri didepan gerbang tinggi kediaman Choi Siwon. Kyuhyun memberi isyarat bahwa pasukan inti hanya berjaga mengelilingi bangunan megah itu. Jung Soo menyentuh pagar tertutup itu namun gerakannya dihentikan oleh Suho. Jung soo melihat gelengan kepala Suho seraya sebuah jari telunjuknya berada didepan bibir.

 

“Jangan sentuh. Jika tidak ada acara pagar ini dipasangi alarm yang langsung terhubung kedalam rumah. Kita lewat kebun mawar Yoona Noona dan melompati temboknya.” Suho berlari mendahului Kyuhyun dan Jung Soo yang segera mengikuti gerakan gesit Suho melompati tembok dengan ringannya.

 

Kyuhyun merasa bahwa menjadikan Suho kedalam tim adalah pilihan yang tepat karena pria itu sangat mengenal seluk beluk kediaman Siwon. Tanpa kesulitan mereka sudah berada di bagian dapur rumah megah itu. Namun keadaan yang sangat sunyi membuat ketiga pria itu heran dan curiga.

 

“Mengapa rumah ini sangat sunyi?” gumam Jung Soo ketika mereka menyusuri lorong panjang yang menembus ke ruang kerja Siwon. Rumah itu sudah persis seperti rumah hantu. Tidak ada satupun manusia berada didalam rumah itu.

 

Kyuhyun dan Suho berpandangan ketika mereka memasuki ruang kerja Siwon yang kosong melompong. Mereka menatap kesekeliling dan yakin bahwa ruangan itu sudah cukup lama kosong. Bahkan rumah itu juga tidak ada tanda manusia apapun. Jung Soo menepuk kedua lututnya seraya bergumam kesal.

 

“Kita telat. Siwon telah melarikan diri!”

 

Kyuhyun berkeliling diseputar ruangan dan berkata singkat. “Dia tidak akan keluar dari Korea karena semua akses sudah ditutup.”

 

Sementara itu Suho juga berkeliling ruangan luas itu sambil otaknya berpikir akan jalan pikiran siwon. Dia mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napasnya dengan jengkel. Dia tidak bisa memikirkan kemungkinan kemana perginya pria licik itu.

 

Tengah ketiganya merasa frustasi diruangan itu, ujung sepatu Suho menyentuh sesuatu diatas karpet. Dia menunduk dan menemukan sebuah miniatur helikopter dan selembar peta.

 

Kyuhyun yang melihat Suho membungkuk memungut miniatur helikopter itu segera mendekat dan meraih peta yang terletak tak jauh dari miniatur tersebut.

 

Suho memperhatikan miniatur helikopter itu dan bergumam bingung. “Mengapa helikopter ini bisa ada disini?” Seingatnya benda itu berada di ruangan Asisten Kim Chen Hyun.

 

Kyuhyun segera melihat Peta tersebut yang ternyata adalah peta kota Busan. Dia mendengar gumaman pelan Suho akan keberadaan helikopter tersebut yang tergelatak diatas peta kota Busan. Kyuhyun sekali lagi menatap peta itu dan helikopter ditangan suho.

 

Suho memandang tatapan penuh arti dari Kyuhyun. Pria itu menunjuk helikopter yang dipegang Suho. “Apakah di Busan ada perusahaan milik Choi Siwon? Ataukah ada tempat untuk memarkir helikopter di atas salah satu gedung di Busan?”

 

Jantung Suho berdebar kencang. Dia memegang erat ekor helikopter itu dan menjawab pertanyaan Kyuhyun dengan hati-hati. “Siwon mempunyai perusahaan di Busan. Satu-satunya yaitu Bank Asing Busan yang dirampasnya dari tangan Kwon Ok Jin.”

 

Kyuhyun menatap Jung Soo yang tampak terbelalak. Pelan dia mendengar ucapan Jung Soo yang ternyata searah dengan pikiran Kyuhyun.

 

“Bank Asing Busan memiliki atap gedung memadai untuk pendaratan helikopter!!”

 

Ketiga pasang mata bertemu dan mereka serentak mengucapkan satu kata. “Busan!!”

 

Kyuhyun bergerak mendahului Suho dan Jung Soo keluar dari ruangan itu. “Dia berada di Busan dan mencoba keluar dari Korea dengan menggunakan helikopter!!”

 

Suho segera mengikuti Kyuhyun dan Jung Soo. Di dalam hatinya dia mengucapkan terima kasih pada Asisten Kim yang telah memberikan petunjuk dengan miniatur helikopter dan peta kota Busan.

 

Rombongan pasukan inti itu segera menuju Busan dengan kecepatan penuh menembus pekatnya malam itu.

 

Manhattan, pukul 08.00 p.m

 

Yoona duduk berhadapan dengan Choi Chung Ho diruangan makan mewah milik mafia tua itu di rumah mewahnya. Meja makan yang panjang itu telah terhidang banyak sekali makanan khas Amerika yang serba mewah. Sebotol anggur tampak berjalan dari Chung Ho kepada Yoona oleh seorang pelayan.

 

Yoona menolak ketika sang pelayan ingin menambahkan lagi anggur di slokinya. Dia memakan steaknya ketika didengarnya suara Chung Ho.

 

“Jadi Siwon telah memberitahuku bahwa dia akan segera menikahimu. Aku bahagia sekali mendengar berita itu. Penantiannya 10 tahun sejak malam itu terbalas sudah.” Tawa Chung Ho bergetar keras diruangan itu. Wajah tuanya tampak merona oleh bayaknya anggur yang diteguknya. Chung Ho mulai berbicara ngawur karena pengaruh minuman beralkohol sudah tidak sanggup lagi bertahan berlebihan ditubuh tuanya.

 

Yoona mendentingkan garpu dan pisau steaknya karena terkejut akan perkataan Chung Ho. Dia mengangkat matanya dan melihat bagaimana pria itu bersandar disandaran kursinya dengan dua kancing teratas kemejanya yang terbuka. Rasa muak Yoona melihat sosok Chung Ho terpaksa ditepisnya demi mendengar kalimat Chung Ho yang keluar tanpa kontrol.

 

Pria itu seakan hilang kesadaran ketika dengan bangganya mengacungkan garpu ketengah meja saat berkata akan hal yang menjadi alasan Yoona kembali ke New York.

 

“Orangtuamu memang pandai sekali membaca peluang. Di saat mereka nyaris bangkrut kau berhasil menjadi malaikat penolong mereka. Siwon tidak akan pernah melepas kesempatan meskipun malam itu kau berada di club sialan itu..hahaha…” Chung Ho terbahak keras tanpa pernah tahu bahwa Yoona membatu di tempatnya. Sepasang mata indah Yoona memancarkan bara kemarahan dan benci.

 

Chung Ho sudah sangat mabuk sehingga dia bersandar dengan napas tersendat-sendat. Seorang pelayan mendekatinya dan berkata pelan meminta agar dia menyelesaikan waktu makannya dan kembali kekamar.

 

Yoona bergerak berdiri dari duduknya. “Aku akan ikut mengantarnya.” Dengan lambat dia mengikuti beberapa bodyguard yang menuntun Chung Ho yang meracau. Kedua tangan Yoona terkepal di kedua Susi tubuhnya saat dia melihat Chung Ho diletakkan diranjangnya yang empuk.

 

Diantara mabuknya, Chung Ho menggapai salah satu anak buahnya. “Ambilkan kapsul pereda mabukku di kamar mandi.”

 

Yoona bergerak menahan sang anak buah mafia itu. “Biarkan aku saja yang mengambilnya.” Dengan manis Yoona tersenyum dan merasa senang bahwa para bodyguard itu membiarkannya berjalan kekamar mandi dan membuka pintu kotak obat milik Chung Ho.

 

Hanya ada sebuah botol obat disana dengan isinya penuh oleh kapsul-kapsul warna warni. Yoona memperhatikan botol itu dan membuka tutupnya. Dia mengambil satu kapsul berwarna merah. Dia menatapnya sejenak diatas telapak tangannya yang mungil.

 

Yoona mendekati ranjang Chung Ho dan memberikan kapsul pereda mabuk itu pada sang mafia. Dengan cepat Chung Ho menegak kapsul itu dengan segelas airputih. Terdengar suara mendesah ketika pria itu berhasil menelan kapsul tersebut. Sambil membaringkan tubuhnya, Chung Ho berkata pelan pada Yoona yang masih berdiri ditepi ranjangnya dengan tatapan lekat.

 

“Makan malam ini sangat menyenangkan.” Chung Ho berkata serak dan memejamkan matanya. Tangannya meraba selimut yang segera dibantu Yoona menutupi tubuh tua itu hingga ke batas leher.

 

Yoona tersenyum tipis ketika membalas ucapan Chung Ho. “Istirahatlah yang tenang..Mr. Choi.” Tatapan Yoona terpaku pada wajah Chung ho yang langsung terlelap. Terdengar suara dengkur halus dari rongga dada pria itu.

 

Yoona melangkah mundur seraya melemparkan pandangan asing pada pria yang kini tidur dengan nyenyak. Yoona menuju keluar kamar dan meraih jaket musim gugurnya dari tangan Sekretaris Nam. Keduanya sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Yoona meletakkan tali tasnya pada bahunya yang mungil dan dia berjalan anggun keluar dari kediaman Choi Chung Ho. Sebuah taksi yang dipesan oleh Sekretaris Nam sudah nenantinya.

 

Yoona masuk kedalam taksi dan menyandarkan kepalanya yang terasa penat. Perjalanan menuju hotel tempat dia menginap terasa sangat lambat ketika setengah kemudian Yoona membaringkan tubuhnya di ranjang hotel. Dia menatap langit-langit kamar.

 

Rasanya baru saja Yoona terlelap ketika ponselnya berdering nyaring. Dengan mata setengah terpejam, yoona meraih benda bandel itu.

 

Dia menempelkan ponselnya ditelinganya. “Hallo…”

 

“Agasshi…Tuan besar meninggal dalam tidur.”

 

~~~Oo~~~

 

Busan. Pukul 11. P.M KST.

 

Gedung pencakar langit yang awalnya bernama Bank Asing Busan terlihat seperti gedung misterius dengan tiap lantainya yang gelap gulita. Tampak sepasukan kepolisian Nasional Korea berjalan pelan dibelakang ketiga pria muda itu.

 

Kyuhyun dan Jung Soo membuka semua pintu yang terdapat ditiap lantai namun mereka tidak menemukan tanda-tanda kehadiran manusia.

 

Mereka berada disebuah lantai yang mendekati lantai tertinggi ketika ketiganya mendengar suara-suara yang berasal dari ruangan pertemuan. Secara reflek ketiga berlari kearah itu namun dipertengahan sebuah serangan gelap dari pisau kecil menyerang kyuhyun dan Jung Soo dari balik pintu-pintu tertutup.

 

Gerak reflek kyuhyun yang mendapat nilai tertinggi dikepolisian membuatnya segera bergulingan seraya mendorong Jung Soo. Dalam sekejab tanpa terduga dari balik semua pintu itu bermunculan para pria berpakaian serba hitam menyerang Kyuhyun, Jung Soo dan Suho dengan serangan tangan kosong dan pisau.

 

Mereka menyambut semua hujan pukulan itu dengan melawan sama keras dan gesitnya. Jung Soo yang hebat dalam taekwondo langsung terlibat dalam perkelahian tangan kosong.

 

Kyuhyun dan Suho merasa kewalahan saat serangan pisau yang silih berganti mengancam mereka. Sementara mereka mendengar suara deru baling-baling terdengar diatas atap.

 

Kyuhyun yang sibuk mengelak serangan salah satu pisau yang terarah ke perutnya segera berteriak pada Suho. “Cepat kejar Siwon!!”

 

Suho melihat beberapa polisi yang menjadi tim utama tampak sedang berlari kearah mereka. Suho melihat sebuah pisau yang diarahkan ke dada oleh salah satu sunbaenya. Dengan telapak tangan miring, dia memukul pergelengan tangan pria yang telah menangkapnya dulu.

 

Pria itu melepas pegangan pisaunya dan menerima tendangan Suho pada perutnya. Dia sempat tersenyum sebelum terguling di lantai. “Semoga kau beruntung, Suho-yah.”

 

Suho menekan rasa harunya akan perkataan sunbaenya. Dia berlari kearah tangga yang menuju atap. Kyuhyun melihat Suho sudah berhasil lepas dari keroyokan dan dia cepat menarik pistolnya. Dia menembak para pengeroyoknya diarea tidak vital dan para polisi berhasil meringkus mereka.

 

Sementara itu Suho membuka pintu atap dan merasakan terpaan angin kuat yang dihasilkan oleh baling-baling helikopter.

 

Sebuah tendangan tak terduga hampir saja menghantam wajah Suho kalau dia tidak reflek melempar dirinya kesamping. Suho mengangkat matanya dan melihat Siwon yang berdiri menjulang sedang berjalan lambat mendekatinya. Pria itu tampak meremas kedua tinjunya dan Suho dapat menduga bahwa Siwon akan menghadapinya dengan boxing.

 

“Aku sudah menduga bahwa kau akan bergabung dengan para polisi sialan itu.” Sambil berkata demikian Siwon melayangkan tinjunya yang kuat kearah wajah Suho.

 

Namun sekali ini Suho tidak mau mengalah. Dengan menggeser sedikit dudukan kakinya, dia menangkap pergelangan tangan Siwon dan memelintirnya sebelum mendorong tubuh keras Siwon.

 

Siwon segera menyeimbangkan tubuhnya yang didorong keras oleh Suho. Sepasang matanya berkilat bengis. Dia kembali melancarkan tinjunya. Kini terarah pada dada Suho dan disambut Suho pula dengan pukulan tehnik boxing.

 

Dalam sekejab dua orang itu terlibat perkelahian seru. Siwon benar-benar melancar semua pukulan telak di beberapa area vital Suho namun dengan alot pula Suho melakukan serangan balasan. Angin kuat dari baling-baling helikopter membaur rambut dan mengganggu konsentrasi.

 

Suho melihat bagaimana kini kaki Siwon mengarah kearah rusuknya, dengan tangkas tangannya menangkap kaki itu dan menariknya dan membating keras tubuh Siwon. Siwon terhempas kuat dilantai atap dan Suho tepat berada diatas tubuhnya. Tangan Suho sudah bergerak siap menghantam wajah Siwon namun berhenti diudara ketika mendengar kalimat keras Siwon.

 

“Apa kau lupa kehidupanmu sebelumnya?!”

 

Suho terdiam menatap wajah Siwon. Tangannya yang mencengkram kerah leher Siwon tampak mencengkram lebih erat sementara tangannya yang satu lagi masih berhenti diudara.

 

Melihat keterpakuan Suho, Siwon mengambil kesempatan itu untuk menghantamkan ujung sepatunya pada ulu hati Suho dengan telak.

 

Suho merasakan nyeri pada ulu hatinya dan spontan dia melompat mundur. Kesempatan itu membuat Siwon bangkit berdiri dan tertawa keras.

 

“Kau masih saja menjadi orang lemah, Suho!!” Dengan terbahak Siwon berlari menuju helikopter.

 

Suho menahan rasa sakit akibat tendangan Siwon dan berusaha berlari mengejar mafia itu. Kyuhyun dan Jung Soo terlihat membuka pintu atap dan melihat Suho yang mengejar Siwon kearah helikopter.

 

Siwon terlihat berhasil menaiki helikopter dan benda itu perlahan terangkat naik. Siwon tampak memerintahkan sesuatu dengan jarinya dan dengan matanya yang tajam Kyuhyun melihat sesosok menyembul dari samping Siwon dan tampak membidik Suho dengan senapan panjang.

 

“Bunuh dia!” Siwon memerintah myung Soo dengan dingin.

 

“Jun Myeon!!” Dengan kekuatannya Kyuhyun berlari kencang dan menerpa tubuh Suho tepat terdengar suara tembakan dilepaskan dari senapan Myung Soo.

 

Keduanya bergulingan untuk menghindari tembakan maut itu. Saat Kyuhyun dan Suho berusaha menghindar, Jung Soo menembakkan pelurunya kearah Myung Soo namun tembakannya luput karena helikopter sudah membelok dan mengudara tinggi meninggalkan atap gedung.

 

Suho dan Kyuhyun bangkit berdiri dan menatap helikopter yang semakin mengecil menjadi titik dilangit kelam diatas mereka.

 

Suho mengusap wajahnya yang berpeluh. Dia memegang pinggangnya dan membungkuk. Dia bergumam penuh penyesalan pada Kyuhyun.

 

“Maaf. Aku tidak berhasil membawanya padamu, Detektif.” Suho menatap Kyuhyun yang menghela napas.

 

Kyuhyun menepuk punggung Suho dan berkata lembut. “Jangan salahkan dirimu. Dia cuma beruntung malam ini bisa lolos. Markas akan segera menghubungi pihak pertahan an negara  Amerika untuk menangkap Siwon. Kami sudah siap dengan kemungkinan ini sehingga sudah mengirim berkas kejahatan Siwon dan ayahnya pada kepolisian Amerika dan FBI.”

 

Suho menghembuskan napasnya ke udara. “Jika saja aku tidak terpengaruh pada kalimatnya yang mengingatkanku akan kehidupanku dulu..mungkin…”

 

Kyuhyun merangkul bahu Suho dan menyeretnya agar berjalan mendekati Jung Soo. “Jangan berkata demikian. Kau sudah melakukan yang terbaik. Gomawo.” Dengan tulus sekali lagi Kyuhyun berkata dan meremas bahu Suho.

 

Jung Soo tersenyum dan menepuk bahu Suho. “Untuk sejenak kita bisa bernapas sejenak. Siwon tidak akan berani bertindak dalam waktu dekat ini meskipun dia berhasil kabur.”

 

“Kupikir setelah ini kita akan melaporkan ke markas dan pergi minum soju.” Kyuhyun mengedipkan matanya dan bersama mereka menuruni tiap dengan tangga gedung.

 

Sementara itu Siwon yang dapat kabur dari penangkapan itu bersandar lega. Dalam waktu satu jam dia akan mendarat di Jeju dan pindah ke pesawat pribadinya. Dia akan kembali ke new York.

 

Tiba-tiba suara Chen Hyun membuyarkan pikiran Siwon. Pria itu menyerahkan ponselnya pada Siwon. Tampak wajah yang biasanya kaku itu menunjukkan seraut emosi duka.

 

“Sekretaris Nam.”

 

Siwon menempelkan ponsel itu ketelinganya dan dia terdiam. Dia menyandarkan kepalanya disandaran kursi seraya menutup matanya dengan telapak tangannya saat mendengar berita kematian ayahnya.

 

~~~Oo~~~

 

Kyuhyun membuka pintu kamar tidurnya dan melihat bagaimana nyenyaknya Yuri dalam tidurnya. Karena tidak dalam darurat, ketika mereka pergi Yuri sudah diijinkan pulang. Sesuai rencana, Jessica mengembalikan Yuri ke apartement Kyuhyun.

 

Kyuhyun membuka kemejanya yang lembab karena keringat. Tanpa bersuara dia membersihkan tubuhnya dilamar Mandi. Dan dengan hanya mengenakan boxer, Kyuhyun menyusup kedalam selimut. Dengan lembut dia menarik tubuh Yuri agar berada dalam pelukannya. Terdengar desahan halus wanita itu didalam tidurnya. Dengan penuh cinta Kyuhyun mendekap tubuh hangat itu dipelukannya. Dikecupnya sejenak puncak kepala itu dan berbisik lirih.

 

“Gomawo selalu menanti ku dengan sabar.” Kyuhyun memejamkan matanya dan menempelkan pipinya di kepala yang cantik itu dan dia juga tertidur.

 

Jung Soo berdiri didepan pintu apartmentnya dan mendapati Jessica membuka pintu itu dan menyambutnya dengan pelukan. Dia memeluk Jessica dan berkata lembut. “Aku pulang.” Meski Siwon belum tertangkap, paling tidak mereka memiliki waktu untuk diri mereka sendiri untuk beberapa waktu.

 

Jessica merangkul leher Jung Soo dan menjawab lirih. “Selama datang.” Dan mereka berdua masuk kedalam apartment.

 

Sementara itu di toko lampu milik Yuri di Gangnam road tampak sesosok tubuh duduk bergantung ditepi atap toko yang dipenuhi pot bunga. Suho menatap langit kelam diatasnya. Musim gugur telah datang namun dilangit masih terlihat bintang yang indah. Binar bintang itu mengingatkan Suho akan binar mata Yoona yang berkilau indah saat berada dipelukannya. Suho meraih kalung berliontin biru yang melingkari lehernya. Dia membuka liontin itu dan wajah Yoona menyambutnya dengan senyuman. Suho mengecup foto kecil itu dan berbisik lirih. “Selamat tidur.” Lalu dia bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu untuk menuruni atap.

 

~~~Oo~~~

 

New York, pukul 08.00 a.m. Pemakaman Umum New York.

 

Tampak iringan peti jenazah memasuki pekarangan pekuburan pagi itu. Sederetan para pelayat terlihat memenuhi sebuah makam berukir dibagian tengah area pemakaman itu. Meskipun Choi Chung Ho adalah mafia dan musuh bagi masyarakat namun dia adalah orang terhormat dikalangan mafia diseluruh negara. Para pemimpin mafia seluruh negara hadir di acara pemakamannya.

 

Siwon tampak berdiri menatap makam ayahnya dengan memakai kacamata hitamnya untuk menutupi matanya yang merah menangisi kepergiaan ayahnya setelah para pelayat telah pergi. Disampingnya berdiri Yoona dengan dress hitamnya sebatas lutut dengan topi jaringnya yang menutupi separuh wajahnya.

 

“Aku sudah meminta autopsi kematian Appa sebelum dia dikuburkan. Hasilnya akan keluar minggu depan.”

 

Siwon menoleh dan mendapati Yoona sedang menatapnya dibalik topinya yang cantik ala bangsawan. Bibir tipis berwarna merah pekat itu tampak bergerak pelan.

 

“Setelah ini aku akan kembali ke Seoul. Aku tidak ingin bersamamu lagi.” Ucapan halus Yoona memukul pertahanan Siwon.

 

Siwon melepas kacamatanya dan sepasang matanya yang merah tampak bertambah merah karena marah. “Kau bermaksud meninggakanku??!” Siwon maju selangkah dan Yoona mundur menjauh dua langkah.

 

“Tidak ada alasan lagi untuk berada di sampingmu,” ucap Yoona kaku.

 

Siwon mengepalkan tinjunya. Dia mendesis dingin. “Apa kau akan berada di sisi Suho keparat itu eoh?!”

 

Yoona mengangkat dagunya. Sepasang matanya dibalik jaring topinya terlihat berkilat saat menjawab Siwon. “Kau tahu pasti bahwa aku bersamamu selama 10 tahun adalah sebuah keterpaksaan. Tidak ada cinta diantara kita. Kau menginginkanku hanya demi egomu. Kau dan ayahmu merusak hidupku. Apakah sekarang aku masih perlu berada disamping mu? Tidak Choi Siwon. Selamanya aku tidak akan pernah memaafkanmu.”

 

Yoona melangkah melewati Siwon yang terpaku. Ketika wanita itu melewatinya, dia menggunakan ancaman terakhir demi mempertahankan Yoona berada disisinya. “Tidakkah kau memikirkan nasib orangtuamu jika kau meninggalkanku?” Siwon menangkap pergelangan tangan Yoona.

 

Yoona menatap Siwon dengan tatapan dingin seperti suaranya yang keluar dari celah bibirnya. “Apakah mereka pernah memikirkan nasibku selama 10 tahun ini?” Dengan tegas Yoona menarik lepas tangannya dan berjalan meninggalkan Siwon yang terpaku.

 

Yoona memasuki taksi yang sudah menantinya dengan sabar selama proses pemakaman. Dia melepas topinya dan berkata pelan pada sang supir. “Ke bandara. Sekarang.”

 

~~~Oo~~~

 

Yuri membuka matanya keesokan paginya dan mendapati sosol Kyuhyun yang tersenyum padanya. Pria itu tampak rapi dengan pakaian detektifnya. Sebuah kemeja putih gading dengan sebuah dasi merah pekat melingkari kerah kemejanya.

 

“Selamat pagi.” Kyuhyun tersenyum manis. Terdengar suara pintu dibuka dan Jessica muncul bersama Jung Soo diikuti Nyonya Park.

 

“Selamat pagi!! Bagaimana mulai hari ini kita mempersiapkan pernikahanmu dengan Kyuhyun Oppa?” Jessica melompat keatas ranjang Yuri yang masih bengong.

 

“Pernikahan? Persiapan?” Yuri menatap Kyuhyun.

 

Pria itu tertawa dan mengecup dahi Yuri dan berkata lembut. “Aku menyerahkan pada mereka semuanya selama seminggu ini. Karena minggu depan aku akan menikahimu.”

 

Sepasang mata Yuri membuat. Terdengar suara berat yang muncul dibelakang Kyuhyun. “Akhirnya bisa juga aku melakukan tugas seorang ayah.” Ok Jin membungkuk dan mengecup pipi Yuri yang tanpa sadar sudah dialiri airmata.

 

“Jangan menangis, nak.” Ok Jin menghapus airmata puterinya dan memeluk Yuri dengan penuh kasih sayang.

 

Kyuhyun dan Jung Soo diam-diam keluar dari kamarnya dan membiarkan para wanita sibuk dengan Yuri. Karena tugas yang dilakukan mereka dalam menumpas kejahatan mafia meskipun Siwon berhasil kabur, keduanya dengan resmi di minta oleh kepolisian Nasional Korea untuk bergabung sebagai polisi mereka. Itulah mengapa Kyuhyun dan Jung Soo berpakaian resmi.

 

Hari itu juga Yuri digiring oleh Jessica dan Nyonya Park untuk mengurus persiapan pernikahannya. Tentu saja dengan banyak pesan yang dilontarkan oleh Kyuhyun agar jangan sampai yuri kelelahan dan membuat bayi mereka kecapekan didalam perut ibunya.

 

Yuri menikmati tiap detik mereka menyiapkan pernikahannya. Rute pertama adalah Yuri mengepas gaun pengantinnya yang cantik bergaya duyung dengan belahan dada yang anggun.

 

Berita kematian mafia Choi Chung Ho segera diterima oleh pihak kepolisian atas laporan pihak kepolisian Amerika. Pelantikan resmi Kyuhyun dan Jung Soo berjalan lancar dan para mafia yang tertangkap akan segera di proses dan diserahkan ke pihak pengadilan. Kematian Nam Jae Jun sudah diterima oleh Sekretaris Nam yang menghilang setelah pemakaman Chung Ho usai.

 

Sementara itu suho yang sedang berada di toko Yuri sedang menghitung pemasukan toko mendengar suara dering ponselnya. Dia menatap layar ponselnya dan mendapati sebuah nomor asing menghubunginya.

 

Suho menyambut panggilan itu. “Hallo…”

 

Sebuah suara lembut menerpa telinganya, membuatnya terpaku dengan jantung berdebar. “Jun Myeon-ah…” Suara Yoona yang dirindukannya terdengar jelas ditelinga Suho.

 

Dengan berlari Suho meraih Jaketnya dan kunci mobil Yuri yang sengaja dipinjamkan Wanita itu untuknya. Dia melajukan benda itu dengan cepat.

 

“Jun myeon-ah..aku di Incheon sekarang..”

 

Suara Yoona terus berkumandang di benak Suho bahkan sesampainya di Incheon. Suho berlari menyeruak diantara para pendatang dari luar negeri. Dia mencari penerbangan kedatangan dari New York. Dia sudah persis orang gila mencari sosok Yoona diantara para kerumunan itu.

 

“Jun Myeon!!”

 

Suho menoleh dan melihat Yoona yang berdiri didekat sebuah tiang besar di dekat pintu kedatangan. Wanita itu tersenyum lebar untuk pertama kalinya membuat jantung Suho berdebar. Yoona tampak berjalan cepat kearah Suho. Sementara dengan langkah setengah berlari Suho mendekati Yoona dan meraih tubuh ramping itu dalam pelukannya.

 

Yoona melingkarkan lengannya di leher Suho dan menyusupkan wajahnya didada lebar milik Suho. Suho mengecup puncak kepala Yoona yang harum. Mereka tidak memperdulikan tatapan orang yang melihat mereka berpelukan.

 

Yoona mencengkram bagian dada kemeja Suho dan mendongak. Tampak airmata menggenang dipelupuk matanya. “Aku pulang.”

 

Suho tersenyum dan menunduk. Dengan penuh kerinduan dia melumat mesra bibir Yoona yang terbuka. Mereka berciuman dengan lembut dan panjang disaksikan para penumpang yang baru sampai.

 

Yuri berseru gembira saat Suho membawa Yoona kehadapannya pada saat dia berada di sebuah restoran, tempat yang akan dipesan oleh pernikahannya. Dia memeluk Yoona dan menciumi pipi tirus wanita itu.

 

Yoona juga mencium pipi Yuri dan mengatakan kegembiraannya akan kehamilan yuri. Tak ada satupun yang membuka percakapan tentang Choi Siwon. Mereka tidak ingin merusak waktu berharga mereka. Demi keamanan, Yuri meminta agar Yoona tinggal bersamanya di apartementnya untuk sementara.

 

“Saat sekarang Jun Myeon menjadi warga miskin di Korea..hahaha..”Yuri tertawa terbahak memandang wajah Suho yang merona. Tapi langsung disambung oleh Yuri. “Ku pikir Kyuhyun Oppa bisa merekomendasikanmu menjadi polisi.” Yuri mengedipkan matanya.

 

Kemunculan Yoona membuat Kyuhyun dan Jung Soo merasa lega. Kyuhyun mengurungkan niatnya untuk mengatakan bahwa dia dan Jung Soo sudah mengetahui siapa pemerkosa Yoona. Dia tidak ingin merusak suasana. Namun setelah makan malam bersama di restoran bulgogi, Yoona mendekati Kyuhyun ketika pria itu sedang menuju wastafel.

 

“Apakah anda sudah menemukan siapa pemerkosaku?” tanya Yoona halus.

 

Kyuhyun menatap Yoona dan ragu untuk menjawab. Didengarnya lagi kalimat Yoona. “Terima kasih detektif. Lebih baik dihentikan saja. Aku sudah tahu siapa pelakunya.”

 

“Kau sudah tahu…bahwa orangnya adalah..”

 

“Setiap hari aku bertemu dengannya selama 10 tahun. Aku sudah tahu.” Yoona mengulurkan tangannya dan menjabat Kyuhyun. “Aku berharap kita bisa bahagia semuanya. Dan terima kasih telah menerima Jun Myeonku diantara kalian.”

 

Kyuhyun tersenyum dan menjabat hangat tangan Yoona. Di dalam hatinya dia ingin sekali berkeyakinan sama seperti Yoona namun entah mengapa justru hatinya terasa terusik akan sesuatu yang dia sendiri tidak tahu.

 

~~~Oo~~~

 

“Apa aku memang tidak bisa menyentuhmu dalam tiga bulan ini.” Kyuhyun menatap yuri dengan alis berkerut ketika mengantar Yuri kembali ke apartement wanita itu dan bertanya demikian di dalam lift yang berisikan Suho dan Yoona.

 

Suho tersedak mendengar kalimat Kyuhyun. Dia melihat bahwa wajah pria itu terlihat serius. Yuri melongo dan wajahnya memerah.

 

“Aigoo…Oppa…pertanyaan mu..” Yuri melirik Suho dan Yoona yang menahan senyum. Bahkan kali ini Suho tidak sanggup menahan tawanya yang pecah.

 

“Apa? Mengapa kau tertawa, anak tengil. Kau tidak tahu rasanya ya tidak bisa menyentuh wanita yang kau cintai.” Kyuhyun menunjuk batang hidung Yuri. “Argh…aku bahagia sekaligus merana dengan calon anakku ini..” Kyuhyun memasang tampang menyesal.

 

Suho masih tertawa ketika dia menjawab Kyuhyun. “Aku tahu rasanya, hyung. Kau hanya perlu bersabar 3 bulan dibanding diriku yang bertahun-tahun.” Sekilas Suho menatap Yoona yang menunduk.

 

Kyuhyun mendongak ke langit-langit lift. Dia berlagak memegang kepalanya. “Aku tahu…aku tahu..” Lalu dia menatap Yuri yang tersenyum. Dia memajukan wajahnya dan mengecup ringan dahi Yuri. “Yaah… mencium dahimu saja sudah lebih dari cukup. Asal kau dan bayi itu sehat apapun akan kulakukan.” Kyuhyun nyengir. “Aku tadi  hanya bercanda.”

 

Yuri dan Yoona masuk ke dalam apartement dan Kyuhyun bersama Suho kembali ke mobil Kyuhyun. Dia menatap Suho dan menunda menghidupkan audynya.

 

“Menurutmu…apakah kita sudah benar-benar aman dari Siwon? Kau lebih mengenal dia selama ini. Kira-kira apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Akankah dia menyerah?”

 

Suho menatap gedung apartement Yuri yang terang benderang. Dia menoleh Kyuhyun. “Kau ingin mendengar jawaban kemungkinannyakan?” Dilihatnya Kyuhyun mengangguk. “Siwon takkan pernah menyerah! Apa lagi kini Yoona telah meninggalkannya. Dia masih menganggap yuri adalah hutang yang harus dilunaskan oleh Ok Jin ahjusshi.” Suho menghembuskan napasnya dengan lesu. “Mian, aku tidak bisa menyebutkan kemungkinan yang baik.”

 

Kyuhyun menepuk setir mobilnya dan mengangguk. “Aku tahu.” Lalu dia menghidupkan mesin Audy. Sambil dia menjalankan mobil itu perlahan, Kyuhyun mengerling Suho yang terlihat bergerak mengikuti irama musik. “Tertarik menjadi polisi?”

 

Suho menoleh Kyuhyun dengan tiba-tiba.”Mantan kriminal seperti ku apakah pantas menjadi pembela masyarakat?”

 

“Kurasa kau pantas menjadi pembela masyarakat karena dasarmu adalah dari latar belakang anak baik-baik.” Kyuhyun menjawab santai.

 

Suho bersiul. “Woaaah…kau menyelidikiku, hyung?”

 

Kyuhyun menyunggingkan senyum evilnya. “Bukankah lady bird bisa berkolaborasi dengan guardian?”

 

Suho tertawa pelan. “Kurasa aku tertarik.”

 

~~~Oo~~~

 

Waktu seminggu persiapan pernikahan terasa begitu singkat. Persidangan tentang sejumlah mafia yang tertangkap menjadi pembicaraan hangat di Korea. Masing-masing negara asal mafia yang tertangkap menyerahkan semua keputusan di tangan  pengadilan tinggi Korea. Kyuhyun dan Jung Soo mendapatkan posisi penting sebagai detektif di kepolisian nasional Korea.

 

Selama persiapan pernikahan itu Yuri lebih banyak duduk manis. Dia lebih sering merasa kecapekan. Sementara yoona membantu Yuri di toko lampunya bersama suho. Mereka semua merasa bahwa kehidupan normal mulai mereka rasakan.

 

Tapi tidak oleh satu orang yang berada dibelahan dunia lainnya. Siwon tampak duduk di ruang kerja Chung Ho menatap gedung pencakar langit New York. Malam itu begitu pekat sehingga bintang sama sekali tidak tampak. Digenggaman tangannya terdapat hasil dari autopsi kematian ayahnya. Dikertas itu tertulis secara fakta bahwa kematian ayahnya disebabkan oleh racun sianida yang berada di tubuhnya. Racun itu nyaris tidak berbau dan tergabung pada salah satu kapsul pereda mabuk yang ditelan ayahnya.

 

Siwon meremukkan kertas tersebut dan meninju kaca jendela raksasanya. Orang terakhir yang berada didekat ayahnya adalah Sekretaris Nam dan…”Yoona… Apakah ini perbuatanmu…” Siwon mendesis geram. Dia masih berharap itu bukan perbuatan Yoona. Namun laporan dari salah satu bodyguard ayahnya mengatakan bahwa yoonalah yang mengambil kapsul dari kotak obat dan memberikannya pada Chung Ho.

 

Siwon mendengar kehadiran Myung Soo dibelakangnya. Tanpa menoleh Siwon berkata tajam. “Bagaimana?”

 

“Kwon Yuri akan melangsungkan pernikahan besok pagi bersama Detektif Cho. Yoona Agasshi juga akan hadir disana sebagai pendamping pengantin wanita.” Jawaban Myung soo membuat Siwon membalikkan tubuhnya.

 

Seukir senyum menyeramkan bermain di bibir Siwon. Pandangan matanya kini tertuju pada Chen Hyun yang dari tadi berada di ruangan itu. “Siapkan tiket ke Seoul sekarang juga.”

 

~~~Oo~~~

 

Seoul, pukul 09.00 a.m. KST.

 

Yuri sedang duduk didepan cermin rias yang ada diruangan salah satu gereja tempat pernikahannya. Jessica tampak sedang mengatur tudung kepala Yuri diatas rambut Yuri yang ditata dengan bentuk cepol gemuk. Sementara Yoona sedang merapikan bedak di wajah Yuri.

 

Tanpa kentara Yuri mendengar isak tangis Jessica saat merapikan gaun pengantin yang melekat ditubuh Yuri. Yuri memandang Jessica yang mengusap airmatanya. Wanita itu tertawa malu.

 

“Maafkan aku terbawa suasana. Ini adalah kesekian kalinya aku melihat kau memakai gaun pengantin tapi baru ini melihat wajah bahagiamu. Kumohon lakukan hingga detik-detik terakhir. Kyuhyun Oppa adalah pilihan mu.”

 

Yuri menghapus airmata Jessica dan berkata pelan. “Aih…Sica… Ini adalah sesuatu yang kunanti selama ini. Aku tidak akan menjadi Runway Bride lagi. Percayalah padaku.”

 

Jessica tersenyum dan memeluk Yuri. Yoona yang mendengar percakapan kedua sahabat itu mengambil sikap mundur dengan mengatakan akan menemui bagian florist untuk meminta buket pengantin.

 

Yoona keluar dengan pelan dan berjalan di lorong gereja itu dan mendapati bahwa bagian bunga berada diujung lorong. Ketika dia melewati sebuah ruang tertutup, terdengar suara pintu itu terbuka dengan suara deritnya.

 

Yoona menoleh dan sesosok berpakaian hitam muncul dari pintu dan membekap mulut Yoona dengan saputangan yang sudah dibubuhi  obat bius. Yoona terkulai lemah dan sosok itu menyeret tubuh Yoona kedalam ruangan itu yang sudah menanti dua orang lagi yang siap dengan kunci mobil yang terparkir tepat dibawah jendela kamar itu.

 

 

Sosok berpakaian hitam itu kini keluar dan melepas jaketnya dan tampaklah sebuah kemeja putih pas badan yang dikenakannya. Dengan santai dia mengenakan  topi dan mendekati seorang Florist yang tengah menyiapkan buket pengantin.

 

“Apakah itu untuk pengantin wanita?” Sosok itu berkata ramah.

 

Sang florist menjawab sama ramahnya. “Ah..ne..apakah anda..” Wanita itu terdiam ketika pria bertopi itu meraih buket mawar merah itu dan membawanya pergi.

 

Sementara itu Yuri berada sendirian diruang  rias karena Jessica mencari Yoona yang sudah cukup lama keluar. Suho terlihat muncul di pintu dan tertawa lebarnya. Dia melangkah masuk dan menegur Yuri yang duduk anggun menghadap cermin.

 

“Kau cantik sekali, Noona.” Suho memuji dengan sungguh-sungguh dan memberikan lengannya untuk digandeng yuri. “Senang sekali aku mendapati kesempatan mengantarmu ke Ahjusshi sebelum ke altar.”

 

Yuri tertawa seraya menyelipkan lengannya. Jung Soo muncul dan berkata sambil tertawa. “Tahan dulu. Kau Bantu aku mengalihkan mobil Ok Jin Ahjusshi. Land Rovernya terparkir sembarangan.”

 

Suho menepuk punggung tangan Yuri dan berkata pelan. “Tunggu disini, Noona.” Kemudian dia berlari kearah Jung Soo.

 

Jung Soo sempat berkata heran. “Isteri ku sibuk mencari Yoona.”

 

Pintu tertutup dan kini Yuri kembali sendirian di ruangan itu. Tak lama kemudian dia mendengar suara ketukan halus pada pintunya. Suara Samar terdengar. “Buket.”

 

Yuri segera membuka pintu dan melihat sekarang pria bertopi sedang berdiri didepannya dengan separuh wajahnya ditutupi buket mawar merah.

 

“Terima kasih.” Yuri ingin meraih buket itu ketika secara tiba-tiba buket itu terjatuh dilantai dan menampakkan wajah pria muda yang tampan. Tanpa membuang waktu, Myung Soo membekap mulut Yuri dan obat bius segera mengusai Yuri.

 

Yuri merosot jatuh dan segera dipanggul oleh myung Soo menuju bagian belakang gereja dimana telah menanti sebuah mobil yang sudah berisikan Yoona yang pingsan.

 

~~~Oo~~~

Suho dan Jung Soo bersama kembali ke dalam gereja dan mereka mendengar bagaimana sibuknya Jessica bertanya dengan siapa saja yang ditemuinya tentang keberadaan Yoona. Jung Soo segera mendekat dan bertanya heran.

 

“Ada apa?”

 

Jessica memandang Jung Soo dengan tampang cemas. Dia memegang lengan suaminya dan berkata bimbang. “Aku tidak menemukan Yoona dibagian manapun di gereja ini. Dia berkata akan mengambil buket pengantin untuk Yuri namun hingga sekarang aku tidak menemukannya.”

 

Suho mendekat dan berkata cepat. “Apa dia tidak kembali ke ruangan Yuri noona?” Dia bertanya demikian meskipun tiba-tiba darahnya berdesir.

 

Mendengar kalimat Suho, Jessica segera berlari ke ruangan dimana Yuri berada diikuti oleh Jung Soo dan Suho. Pada detik berikutnya kedua pria itu mendengar teriakan histeris Jessica. Suho segera mendahului Jung Soo dan melihat bagaimana Jessica sudah berjongkok sambil memegang buket bunga mawar merah yang berserakan dilantai marmer gereja. Sebelah tangannya memegang tudung kepala milik Yuri.

 

Jessica menatap kedua pria yang terpaku didepannya dengan airmata berlinang. “Yuri…Yuri hilang…”

 

jung Soo menarik lengan Jessica agar wanita itu berdiri. Dengan keras dia mengguncang bahu isterinya itu dengan nada suaranya yang meninggi. “Kau bicara apa?! Bagaimana bisa kau berkata bahwa Yuri menghilang!”

 

Kini airmata  Jessica bercucuran. Dia mengacungkan tudung kepala milik Yuri. “Tudung kepala ini..Ini terlepas dari rambut Yuri dan terdapat beberapa helai rambutnya yang tercabut berada di tudung ini..Yoona juga lenyap…”

 

Suho segera berlari memeriksa ruangan dan sepanjang lorong disitu. Pandangannya tertuju pada sebuah ruangan yang terbuka pada salah satu deretan pintu di lorong itu. Dia melangkah masuk dan hidungnya segera mengenal aroma parfum yang menguar di ruang gelap itu. Aroma parfum yang dikenakan Yoona hari itu dan dia melihat pada selembar saputangan terletak di lantai. Suho berjongkok dan meraih benda itu. Dibauinya dan samar dia mencium bau obat disana. Suho menggertakkan gerahamnya.

 

Jung soo menyusul Suho yang berdiri terpaku sambil menggenggam erat saputangan ditangannya. “Bagaimana…”

 

Suho membalikkan tubuhnya dan wajahnya terlihat keras. Sorot matanya berkilat bercampur rasa pedih. Dia melangkah melewati Jung Soo dan berkata, “Sica Noona benar. Mereka telah diculik.”

 

Sementara itu Kyuhyun tampak berdiri tegang di altarnya menatap para undangan yang sudah duduk rapi. Mereka semua menanti sang pengantin wanita muncul. Kyuhyun merapikan kelepak jasnya ketika dilihatnya kemunculan Ok Jin didampingi oleh Jung Soo dan Suho. Senyum Kyuhyun nyaris terkembang namun tertunda ketika diperhatikannya bahwa ketiga pria itu tidak muncul bersama Yuri. Jantung Kyuhyun berdetak lebih kencang ketika melihat raut wajah ketiganya. Dia bertukar pandang dengan ayahnya yang berdiri disampingnya.

 

Melihat ayah sang pengantin wanita muncul tanpa pengantin wanita, para undangan mulai gelisah dan terdengar gumaman sumbang. “Sepertinya pengantinnya kabur lagi.” “Ya Tuhan, pengantin wanitanya tidak muncul.” “Sepertinya Runway Bride terulang kembali.” “Kasihan sekali Detektif Cho.”

 

Semua gumaman itu terdengar ditelinga Kyuhyun namun dia tidak peduli semua itu. Perhatiannya lebih pada Suho yang mendekatinya dan berbisik pelan. “Yuri dan Yoona Noona menghilang..seseorang menculik mereka..”

 

Kyuhyun bergerak turun dari altarnya seraya melonggarkan dasinya dan melempar jasnya dengan kasar ke lantai. Dia berlari keluar dari ruang altar tersebut diikuti oleh Jung Soo dan Suho. Seluruh undangan menjadi ribut dan berseru kaget melihat kini pengantin pria berlari pergi. Myung Dae berusaha menenangkan para undangan dan menatap Ok Jin menuntut penjelasan.

 

Ok Jin berkata geram. “Jung Soo dan Suho memperkirakan bahwa Choi Siwon menculik Yuri dan Yoona!”

 

“Kyu!” Jung Soo menyentuh bahu Kyuhyun yang sedang dilanda kemarahan besar saat mulai mengisi selongsong pistolnya dengan peluru. pria itu telah menanggalkan jasnya dan menggulung lengan kemejanya. “Tenanglah. Kita akan segera menghubungi markas..”

 

Kyuhyun menepis tangan Jung Soo. Sinar matanya berapi saat menjawab hyungnya itu. “Aku ingin melakukannya sendirian. Choi Siwon mesti mati ditanganku.” Dia menyelipkan pistol itu dirompi kemejanya.

 

“Hyung..kita harus memikirkan strategi..” Suho menyentuh bahu Kyuhyun namun kali ini dengan emosi Kyuhyun mendorong dada Suho.

 

“Kau tahu apa?! hidupku dan hidup yuri dari kecil tidak pernah tenang! Kau takkan pernah mengerti penderitaan Yuri!”

 

Suho menatap Kyuhyun dengan mata berkilat. Dia maju kedepan dan tangannya bergerak menampar pipi Kyuhyun. Jung Soo terbelalak melihat bagaimana dengan kerasnya telapak tangan Suho menampar pipi putih Kyuhyun.

 

Kyuhyun mendelik pada Suho dan menyemburkan sederetan kalimat kasar pada pria itu. kepalan tangannya bergerak ingin menghantam wajah Suho namun dengan gesit Suho menangkap pergelangan tangan Kyuhyun dan mendorong keras kearah dada empunya. Kyuhyun bertahan pada dudukan kakinya sehingga Suho tidak berhasil membuat tubuh pria itu limbung. Sambil masih mencengkram lengan Kyuhyun, Suho mendesis getir.

 

“Aku mengerti perasaanmu! wanita yang kucintai juga menghilang! Aku hanya memintamu berpikir jernih tanpa menggunakan emosi. Menghadapi kelicikan Siwon mesti menggunakan akal sehat. percayalah padaku, Hyung.”

 

Perlahan air wajah beringas Kyuhyun berangsur lenyap. Dengan gontai tubuhnya bersandar pada dinding dibelakangnya. Suho melepaskan genggamannya dan membiarkan Kyuhyun menutup wajahnya dan melihat bagaimana pria itu menangis. Jung Soo maju selangkah dan meraih kepala Kyuhyun dan mengusapnya pelan.

 

“Mari kita pikirkan strategi secepatnya. Aku akan menemanimu jika kau memang ingin melakukannya sendirian tanpa melibatkan markas.”

 

Kyuhyun menyusuti hidungnya yang berair. Dia mengusap wajahnya dengan jengkel. ” Yuri dan anak dalam kandungannya yang sangat membuatku ketakutan jika Siwon mencelakainya.”

 

Suho memegang lengan Kyuhyun. “Kita akan mulai pada rumah di Cheondamdong.”

 

~~~OO~~~

 

Yuri terbangun dari pingsannya dan mendapati dirinya berada didalam sebuah ruangan yang tak dikenalnya. Dia mencoba untuk bangkit dari ranjang namun gerakannya terhenti. Dia mendongak dan menemukan kedua tangannya telah terikat erat pada kedua tiang ranjang diatas kepalanya. Begitu juga dengan kedua kakinya yang terikat pada kedua ujung ranjang. Yuri berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya namun usahanya sia-sia. Ikatan itu sangat kencang dan alot.

 

Ditengah usaha Yuri untuk mencoba melepaskan ikatan itu, terdengar suara berat muncul dari sudut kamar. “Ikatan itu tidak akan bisa kau lepaskan!”

 

Yuri menoleh kearah munculnya suara itu. Tampak dibagian remang kamar itu terlihat sosok pria yang duduk tegak di sofa tunggal yang berada di sudut kamar. Perlahan dia melihat sosok itu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati ranjang dimana Yuri terikat erat. Sosok itu semakin jelas dan bola mata Yuri membulat saat melihat wajah tampan Choi Siwon yang tersenyum padanya. Senyum lebar yang menyiratkan kebengisan tiada tara.

 

Sambil melonggarkan dasinya, Siwon berkata rendah pada Yuri yang memucat. “Senang bertemu denganmu lagi, Nona Kwon.”

 

 

TBC